A.
Produksi
Induk Anak (Commercial Cow-Calf Producers)
Produksi Induk Anak adalah jumlah anak yang dapat disapih yang
dapat digunakan dalam industri sapi potong yang lain, misalnya untuk tujuan
breeding atau untuk penggemukan. Anak sapi dapat disapih pada umur 3
bulan,namun penyapihan dapat dilakukan pada umur 2,5 bulan.Penyapihan dapat
dilakukan dengan cara bertahap,yaitu menyusukan pedet sehari dan sehari
kemudian dipisahkan dari induknya.Hal ini dilakukan berturut-turut sampai anak
sapi tidak lagi mencari induknya.
Dalam
penyapihan,anak sapi harus mendapat pakan yang berkualitas tinggi,anak sapi
tidak boleh diberi rumput dalam jumlah banyak agar tidak terjaadi gangguan
pencernaan.
Hal
yang perlu diperhatikan dalam produksi induk-anak sapi potong yaitu tingkat
reproduksi (fertilitas) induk, bobot lahir anak, bobot sapih anak, dan
mortalitas anak sebelum disapih. Fertilitas induk dapat diukur dengan
mengetahui:
1. Jumlah anak yang dilahirkan
setiap tahun.
2. Jumlah anak yang lahir hidup per
100 induk yang dikawinkan.
3. Panjang periode kebuntingan.
4. Jumlah anak per
kelahiran.
Sapi-sapi
dalam program induk-anak dapat dipelihara di pastura (padang penggembalaan)
atau dikandangkan. Sistem penggembalaan akan mengurangi tenaga kerja. Sementara
sistem dikandangkan dapat mengurangi modal dalam berinvestasi lahan untuk
tanaman hijauan pakan tenak, tetapi biaya pakan dan tenaga kerja menjadi
tinggi. Selain itu, kerugian dari sistem dikandangkan yaitu jumlah peralatan
bertambah. Penyakit diare kerap timbul pada pedet yang dipelihara dalam
kandang.
B. Pembesaran (Yearling-Stocker
Operations)
Setelah umur 1 tahun,sapi
jantan dan betina dipisahkan dalam kelompoknya sendiri.Tujuannya untuk
menghindari perkawinan dini yang dapat merugikan produktivitas karena
organ-organ tubuh sapi belum siap untuk bunting.
Dalam
proses ini hendaknya sapi jantan dan betina harus diamati dengan seksama untuk
memilh calon indukan dan pejantan yang baik.
Program pembesaran pedet ini bertujuan
sebagai program menciptakan ternak-ternak pengganti (replacement stock) induk
maupun pejantan. Ternak-ternak stocker berasal dari ternak-temak program
induk-anak.
Keuntungan
program stocker adalah:
1.
fleksibel, penyesuaian besar usaha mudah dilakukan.
2. risiko
kematian relatif lebih kecil dibandingkan program induk-anak karena stacker
merupakan sisa dari anak yang mati saat program induk-anak.
3. perputaran
modal lebih cepat, yaitu dalam waktu 4-6 bulan.
4. dapat
menggunakan hijauan relatif lebih banyak dan ongkos pertambahan bobot badan
diharapkan serendah mungkin.
5. peralatan
yang dibutuhkan relatif sedikit dan sederhana.
C.
Penggemukan (Feedlots)
Program
penggemukan merupakan suatu program yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas karkas/daging. Sistem penggemukan
dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
Dry lot fattening
Pada
metode ini sapi digemukkan dalam kandang dalam waktu yang lama. Pakan konsentrat
merupakan porsi utama ransum yang diberikan,namun hijauan harus tetap
diberikan. Jenis konsentrat yang diberikan antara lain : ampas tahu, onggok,
dan bekatul.
2.
Pasture fattening
Pada metode ini sapi
dipelihara di padang penggembalaan sepanjang hari. Sapi hanya mendapat pakan
hijauan tanpa konsentrat.Oleh karena itu padang penggembalaan harus ditanami
rumput dan legumenosa agar kualitas pakan tetap terjaga. Pada musim
kemarau,disarankan juga untuk menanam leguminosa pohon misalnya lamtoro dan
gamal.
3.
Kombinasi dry lot dan pasture fattening
Metode ini dapat
dilakukan 2 cara yaitu pertama,pada musim penghujan disaat hijauan
berlimpah,sapi digembalakan di padangan. Sementara di musim kemarau sapi
dikandangkan. Kedua,pada siang hari sapi digembalakan di padangan sementara
malam hari sapi dikandangkan dan diberi konsentrat.
Metode
ini membutuhkan waktu lebih lama daripada metode dry lot fattening dan lebih
singkat daripada metode pasture fattening.
Program
penggemukan mempunyai peluang untuk mendapatkan keuntungan atau kegagalan
secara bersamaan. Beberapa hal yang menyebabkan kerugian adalah:
1. Pakan yang
digunakan dalam program fattening relatif mahal karena pakan yang diberikan
lebih banyak berupa konsentrat daripada hijauan.
2. Eflsiensi
penggunaan pakan untuk penggemukan lebih rendah dibandingkan untuk pertumbuhan.
3. Fluktuasi
harga dapat mengurangi keuntungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar